Analysis of information sources in references of the Wikipedia article "Deus vult" in Indonesian language version.
Deus vult ('God wills it' – the supposed acclamation following Urban II's speech at Clermont and the battle cry of crusading armies as described in the Gesta Francorum) is a ubiquitous meme, encapsulating a perceived 'clash of civilisations' (discussed further below). The song's popularity with the Christian right and alt-right communities can be linked to the growth of the internet and the ensuing ease with which content can be disseminated, but it should also be set against the background of political and sociocultural developments since the 1990s. (Deus vult ('Tuhan menghendakinya' – aklamasi yang diperkirakan diucapkan setelah pidato Urban II di Clermont dan seruan perang pasukan Perang Salib seperti yang dijelaskan di Gesta Francorum) adalah meme yang tersebar luas, merangkum apa yang dianggap sebagai 'benturan peradaban' (dibahas lebih lanjut di bawah). Popularitas lagu ini dalam komunitas Kristen sayap kanan dan sayap kanan alternatif dapat dihubungkan dengan pertumbuhan penggunaan internet dan kemudahan penyebaran konten, tetapi lagu tersebut juga harus dikaitkan dengan latar belakang perkembangan politik dan sosial budaya sejak tahun 1990-an.)
In the same vein, far-right Christian nationalists and Dominionists employ Crusader imagery. But only some of those who use Crusader imagery do so to express extreme Christian ideology. (Senada dengan itu, kaum nasionalis Kristen sayap kanan dan kaum Dominionis menggunakan citra Tentara Salib. Namun, hanya sebagian dari mereka yang menggunakan citra Tentara Salib untuk mengekspresikan ideologi Kristen yang ekstrem.)
During the speech, chanting of the slogan 'Deus lo volt', probably led by a papal claque, established the participation of the congregation in the ritual as well as symbolizing the correct submissive acceptance of divine guidance. (Selama pidato tersebut, ungkapan slogan 'Deus lo volt', mungkin dipimpin oleh tepuk tangan kepausan, mengukuhkan keikutsertaan kongregasi dalam ritual tersebut sekaligus melambangkan penerimaan yang benar dan tunduk terhadap bimbingan ilahi.)Pemeliharaan CS1: Status URL (link)
During the speech, chanting of the slogan 'Deus lo volt', probably led by a papal claque, established the participation of the congregation in the ritual as well as symbolizing the correct submissive acceptance of divine guidance. (Selama pidato tersebut, ungkapan slogan 'Deus lo volt', mungkin dipimpin oleh tepuk tangan kepausan, mengukuhkan keikutsertaan kongregasi dalam ritual tersebut sekaligus melambangkan penerimaan yang benar dan tunduk terhadap bimbingan ilahi.)Pemeliharaan CS1: Status URL (link)