Analysis of information sources in references of the Wikipedia article "Kekaisaran Partia" in Indonesian language version.
Salah satu ciri khas bangsa Partia yang masih dilestarikan raja-rajanya sendiri adalah naluri nomaden mereka. Raja-raja Partia mendirikan maupun merebut banyak kota untuk dijadikan ibu kota. Kota terpenting di antaranya adalah Tisfon (bahasa Yunani: Κτησιφῶν, Ktesifon) di tepi Sungai Tigris, yang merupakan hasil pemekaran kota kuno Upi.
Pada zaman Persia Pertengahan (zaman Kekaisaran Partia dan zaman Kekaisaran Wangsa Sasan), bahasa Aram merupakan bahasa yang digunakan dalam kegiatan tulis-menulis sehari-hari, dan abjad Aram digunakan untuk menulis dalam bahasa Persia Pertengahan, bahasa Partawa, bahasa Sogdia, dan bahasa Kawarizmi.
Bangsa Partia maupun rakyat Kekaisaran Partia adalah masyarakat penganut paham politeisme. Tiap-tiap suku bangsa, kota, negeri, maupun kerajaan bebas berbakti kepada dewa-dewinya sendiri, dan bebas beribadat menurut ajaran agama dan kepercayaannya masing-masing. Di Babel, Dewa Marduk, dewa kota Babel, tetap dipuja sebagai dewa utama bersama-sama dengan Dewi Istar dan Dewi Nanai, sementara di Hatra, Dewa Syamas, dewa matahari, tetap dipuja sebagai dewa utama bersama-sama dengan sejumlah besar dewa-dewi lain.
Partawa adalah nama daerah di kawasan sebelah timur Laut Kaspia dan nama bahasa resmi negara Partia (negara wangsa Arsak) yang diketahui dari piagam-piagam pada batu dan logam, termasuk pada uang logam dan segel, dan dari sekumpulan besar tembereng label dari kendi-kendi anggur yang ditemukan di Nisa, ibu kota Partia, serta dari pustaka-pustaka agama Mani.
Partawa adalah nama daerah di kawasan sebelah timur Laut Kaspia dan nama bahasa resmi negara Partia (negara wangsa Arsak) yang diketahui dari piagam-piagam pada batu dan logam, termasuk pada uang logam dan segel, dan dari sekumpulan besar tembereng label dari kendi-kendi anggur yang ditemukan di Nisa, ibu kota Partia, serta dari pustaka-pustaka agama Mani.