Analysis of information sources in references of the Wikipedia article "Mani (nabi)" in Indonesian language version.
Perlu diingat bahwa Mani, yang tumbuh besar dan menghabiskan sebagian besar umurnya di salah satu daerah di wilayah Kemaharajaan Persia, dan yang ibunya berasal dari salah satu keluarga Partia yang ternama, tidaklah memanfaatkan khazanah warisan mitologis Iran. Tidak dapat diragukan lagi bahwa nama-nama Iran seperti Sām, Narīmān, dll., yang muncul di dalam Kitab Para Raksasa versi bahasa Persia dan abhasa Sogdia, tidak dijumpai di dalam edisi asli, yang ditulis Mani dalam bahasa Suryani.
Menurut Fehrest, Mani termasuk nasab Arsak, baik dari pihak ayah maupun pihak ibu, setidaknya jika pembacaan al-ḥaskāniya (ayah Mani) dan al-asʿāniya (ibu Mani) masing-masing dibetulkan menjadi al-aškāniya dan al-ašḡāniya (penyunting Flügel, 1862, hlm. 49, ll. 2 & 3). Konon kabarnya leluhur ayah Mani berasal dari Hamadan dan dengan demikian mungkin saja berkebangsaan Iran (penyunting Flügel, 1862, hlm. 49, 5–6). Kompendium Tionghoa, yang menjadikan ayahnya sebagai seorang raja lokal, menerangkan bahwa ibunya berasal dari wangsa Jinsajian, yang menurut Henning adalah wangsa Kamsarakan, keluarga bangsawan Armenia yang berasal dari wangsa Arsak (Henning, 1943, hlm. 52, n. 4 = 1977, II, hlm. 115). Apakah keterangan itu adalah kebenaran, atau fiksi, atau kedua-duanya? Keterangan tersebut dianggap bernilai sejarah oleh sebagian besar sejarawan, tetapi kemungkinan bahwa darah ningrat wangsa Arsak yang mengalir di dalam tubuh Mani hanyalah legenda tidak dapat diketepikan begitu saja (bdk. Scheftelowitz, 1933, hlmn. 403–404). Bagaimanapun juga, sudah diketahui bahwa Mani memang suka membanggakan asal usulnya sebagai anak Babel, negeri yang masyhur sejak dulu kala, tetapi tidak pernah mengaku-ngaku memiliki kaitan dengan kalangan atas Iran.
...ibunya berasal dari keluarga Jinsajian, yang menurut Henning adalah keluarga Kamsarakan, bagian dari wangsa Arsak Armenia.