Frank, hal. 574–576, Hackett and Kingsepp HIJMS Submarine I-1: Tabular Record of Movement, Morison, hal. 348–350, Jersey, hal. 372. Moa dan Kiwi berpangkalan di Tulagi seperti halnya dua korvet lain milik Selandia Baru, Matai dan Tui. Moa berada di bawah komando Peter Phipps yang waktu itu berpangkat mayor. Kapal selam Jepang I-1 dikomandani oleh Mayor Eiichi Sakamoto. Total 66 awak kapal selam yang selamat sampai di pantai, namun Sakamoto tewas bersama 26 awak kapal lainnya. Perwira meriam kapal selam, Letnan Dua Ko Oikawa ditangkap dan ditahan oleh Moa. I-1 tenggelam di perairan dangkal, dan menyisakan kira-kira 4,6 m bagian kapal selam yang menyembul ke permukaan air dengan kemiringan 45 derajat. Pada malam 2 Februari 1943, tiga awak kapal selam I-1 yang selamat berupaya menghancurkan bangkai kapal selam I-1 dibantu 11 personel Angkatan Laut Kekaisaran Jepang yang berada di Guadalkanal, namun tidak berhasil. Pada 10 Februari 1943, sembilan pengebom tukik Aichi D3A yang dikawal 28 pesawat Zero dari Grup Udara Angkatan Laut 582 dari Buin datang dengan misi menghancurkan bangkai kapal selam, namun hanya berhasil merusakkannya lebih lanjut. Pada 13 dan 15 Februari, kapal selam Jepang I-2 berusaha menamatkan sisa bangkai kapal selam namun gagal menemukan lokasi. Penyelam-penyelam Sekutu kemudian menemukan lima buku sandi dari dalam kapal selam, termasuk satu di antaranya sebuah versi sandi JN-25. Setelah berasumsi sandi mereka telah dipecahkan Sekutu, Angkatan Laut Kekaisaran Jepang memperbarui tiga sandi utama angkatan laut mereka. (Hackett and Kingsepp)
Frank, hal. 582–583, 757–758. Satuan Bala Bantuan juga menyertakan Skuadron Perusak 10 yang dalam keadaan normal berada di bawah komando Laksamana Muda Susumu Kimura, namun Kimura terluka ketika Akizuki yang dijadikannya kapal komando terkena sebuah torpedo dari kapal selam Amerika Serikat Nautilus di dekat Kepulauan Shortland pada 19 Januari 1943 (Nevitt, IJN Akizuki: Tabular Record of Movement). Kimura digantikan oleh Laksamana Muda Tomiji Koyanagi yang juga ditunjuk sebagai komandan Kesatuan Bala Bantuan, namun khusus untuk Operasi Ke, Shintaro Hashimoto ditunjuk sebagai komandan. Pada malam 28 Januari 1943, enam kapal perusak dari Satuan Bala Bantuan yang terdiri dari Tokitsukaze, Kuroshio, Shirayuki, Urakaze, Hamakaze, dan Kawakaze berhasil mendaratkan 328 tentara Jepang di Kepulauan Russell untuk berjaga-jaga bila kepulauan itu diperlukan sebagai daerah singgahan dan daerah bantuan selama evakuasi. Di antara mereka yang mendarat di Kepulauan Russel, 17 personel terluka akibat serangan Angkatan Udara Kaktus. Angkatan Udara Wilayah "R" pada 1 Februari 1943 berkekuatan 12 pesawat Aichi E13A, 12 pesawat Nakajima A6M2-N, dan 36 pesawat Mitsubishi F1M yang beroperasi dari kapal induk pesawat amfibiKamikawa Maru, Kunikawa Maru, dan Sanyo Maru. Frank menyatakan bahwa Sendai dan Suzuya membawa enam pesawat Aichi E16A, tetapi Suzuya sedang berada di Jepang pada saat itu (Hackett and Kingsepp, HIJMS SUZUYA: Tabular Record of Movement) tapi Kumano sedang berada di Kavieng. Grup Udara 204, 253, 582, dan Grup Udara Zuikaku menempatkan pesawat-pesawat Zero dan Aichi D3A mereka di Buin selama operasi berlangsung. Grup Udara 252 dikerahkan ke lapangan terbang Kepulauan Shortland. Serangan B-17 pada 1 Februari dicegat oleh lima pesawat Zero dari Grup Udara 253, 12 dari Grup Udara 204, 14 dari Grup Udara 582, dan 17 dari Grup Udara 252.