Analysis of information sources in references of the Wikipedia article "Pentakosta Keesaan" in Indonesian language version.
Ahli sejarah Gereja dan profesor emeritus sejarah di Universitas Massey di Auckland, Peter Lineham, mengemukakan kepada AAP FactCheck: “Hislop cenderung berpikir bahwa jika bunyinya mirip maka pasti ada kaitannya. Itulah logika yang dia pakai. Bukunya memang luar biasa karena penuh dengan khayalan dan omong kosong. Fantastis memang, tetapi sungguh-sungguh keliru penalarannya.”
Yang Secara Keliru Disebut “Ajaran Kedua Belas Rasul.” Satu-satunya naskah Didakhe (yang berarti “Ajaran”) yang ada pada kita ditemukan pada tahun 1873 di Konstantnopel (sekarang di Turki). Naskah itu ditandatangani dengan kalimat, “Leon, notaris dan pendosa,” dan memuat tarikh 1056 M.
Pihak-pihak yang tidak menerima ajaran Durham dan bertahan di kubu 'tiga-tahap' adalah Seymour, Crawford, dan Parham, serta para penilik jemaat Charles H. Mason, A.J. Tomlinson, dan J.H. King, berturut-turut adalah gembala sidang gereja Allah Dalam Kristus, gereja Allah (Cleveland), dan gereja Kekudusan Pentakosta. Tomlinson dan King masing-masing menyuarakan kecaman keras secara tertulis menentang doktrin 'karya tuntas' di dalam terbitan-terbitan berkala mereka, tetapi pada tahun 1914, sekitar 60 persen dari seluruh pengikut aliran Pentakosta di Amerika Utara sudah menganut ajaran Durham. ... Kontroversi 'Karya Tuntas' hanyalah yang pertama dari serangkaian perpecahan yang dialami aliran Pentakosta di Amerika Utara. Bukan hanya perpecahan yang dialami jemaat-jemaat Pentakosta akibat selisih paham seputar pengudusan sebagai suatu pengalaman istimewa, melainkan juga perpecahan yang lebih dalam dan getir akibat selisih paham seputar doktrin Tritunggal pada tahun 1916. ... 'Aliran baru' tersebut merupakan skisma di dalam aliran Pentakosta 'Karya Tuntas' yang mula-mula muncul sebagai ajaran mengatakan bahwa rumusan baptis yang benar adalah kalimat 'dalam nama Yesus' dan kemudian hari berkembang menjadi perselisihan mengenai Tritunggal. Aliran Pentakosta Kekudusan berketetapan untuk putus hubungan dengan aliran Pentakosta 'Karya Tuntas' yang sudah 'sesat'.
Jemaat Pentakosta Karya Tuntas mengimani bahwa pertobatan dan pengudusan sebagai satu karya kasih karunia yang sama. Sidang Jemaat Allah yang terbentuk pada tahun 1914 adalah denominasi aliran Pentakosta Karya Tuntas yang pertama.
Gerakan Keesaan kadang-kadang disebut gereja-gereja "Yesus Saja", akan tetapi sebutan ini adalah nama yang agak merendahkan dan sepatutnya dihindari.
Uskup Agung Schlossberg, yang berdiam di Yerusalem, Israel, mengutus Uskup Robert Woodward Burgess, II, keturunan dari "Arus (Gereja) Timur," yang sudah menerima tahbisan dari tangan Uskup Agung Schlossberg, ke Pertemuan Kudus Gereja-Gereja Masehi Pentakosta. Beliau diamanatkan untuk menolong kita dalam pentahbisan Dewan Penilik Jemaat Kedua kita dan untuk melimpahkan kepada tiap-tiap putra kita Suksesi Apostolik yang diidam-idamkan itu dari Arus Timur, sementara kita melimpahkan Suksesi yang sama dari Arus Barat.
Membicarakan Allah sebagai suatu kemajemukan oknum kian merusak konsep Allah yang Alkitabiah. Apa pun makna kata oknum dalam sejarah Gereja purba, dewasa ini kata tersebut secara definitif berkonotasi kemajemukan individu, kepribadian, pikiran, kehendak, dan tubuh. Malah dalam sejarah Gereja purba pun telah kami tunjukkan bahwa mayoritas umat beriman menganggapnya sebagai suatu penyimpangan dari monoteisme Alkitabiah.
Tidak dapat dipungkiri bahwa tritungalisme Kristen berkembang selama beberapa abad sesudah Perjanjian Baru ditulis.
Di dalam nas ini, Yesus mengamanatkan kepada murid-muridnya supaya membaptis “dalam nama Bapa, dan Putra, dan Roh Kudus.” Meskipun demikian, nas Kitab Suci ini tidak mengajarkan bahwa Bapa, Putra, dan Roh Kudus adalah tiga oknum terpisah. Nas ini justru mengajarkan bahwa gelar Bapa, gelar Putra, dan gelar Roh Kudus memiliki satu nama dan oleh karena itu adalah satu wujud. Nas tersebut jelas-jelas mengatakan “dalam nama,” bukan “dalam nama-nama.” ... Yehuwah atau Yahweh adalah nama Allah yang diwahyukan di dalam Perjanjian Lama, tetapi Yesus adalah nama Allah yang diwahyukan di dalam Perjanjian Baru ... Baik Bapa, Putra, maupun Roh Kudus menyifatkan Allah yang satu, jadi frasa di dalam Matius 28:19 semata-mata menyifatkan satu nama dari satu Allah. Perjanjian Lama berjanji bahwa suatu masa kelak Yehuwah akan memiliki satu nama dan bahwa manusia akan mengenal Allah dengan nama yang satu ini (Zakharia 14ː9, Yesaya 52:6). Kita ketahui bahwa nama yang satu itu di dalam Matius 28:19 adalah Yesus, karena Yesus adalah nama Bapa (Yohanes 5:43, Ibrani 1:4), Putra (Matius 1ː21), maupun Roh Kudus (Yohanes 14:26).
Kisah Para Rasul 22:16 berbunyi “bangunlah, berilah dirimu dibaptis dan dosa-dosamu disucikan sambil berseru kepada nama Tuhan!” Di dalam Alkitab Amplifikasi, kalimat tersebut berbunyi “bangunlah, berilah dirimu dibaptis, dan dengan berseru kepada nama-Nya dosa-dosamu disucikan.” Alkitab Perjanjian Baru Interlinear Yunani-Inggris menggunakan frasa “invoking the name” (menyeru nama itu). Oleh karena itu, ayat Kitab Suci ini menunjukkan bahwa nama Yesus diseru secara lisan pada saat pembaptisan. Yakobus 2:7 berbunyi “bukankah mereka yang menghujat Nama yang mulia, yang oleh-Nya kamu menjadi milik Allah?” Tatanan kalimatnya dalam bahasa Yunani menunjukkan bahwa nama tersebut diseru atas umat Kristen pada suatu waktu tertentu. Di dalam Alkitab Amplifikasi, kalimat tersebut berbunyi “bukankah mereka yang menghujat Nama yang mulia, yang oleh-Nya kamu dikhususkan dan dipanggil [nama Kristus diseru pada waktu pembaptisan]?” (tanda kurung sesuai aslinya). Sebagai contoh dari apa yang dimaksud dengan “dalam nama Yesus”, kita hanya perlu membaca riwayat penyembuhan orang lumpuh pada bab 3 Kisah Para Rasul. Yesus mengajarkan amalan menyeru nama-Nya pada saat mendoakan orang sakit (Markus 16:17–18), dan Petrus mengatakan bahwa orang lumpuh itu disembuhkan dalam nama Yesus (Kisah Para Rasul 4:10). Seperti apa kejadiannya? Petrus memang melisankan kalimat “dalam nama Yesus Kristus” (Kisah Para Rasul 3:6). Nama Yesus yang diseru dengan penuh keimanan itulah yang mendatangkan kesembuhan. Nama Yesus menandakan kuasa atau kewenangan-Nya, tetapi pemakaian nama Yesus sebagai tanda kuasa atau kewenangan-Nya tersebut tidak terlepas dari kenyataan bahwa Petrus secara lisan menyeru nama Yesus demi mendatangkan kesembuhan.
Hatta berkenaan dengan pembaptisan, baptislah sebagai berikut: Sesudah pertama-tama mengajarkan semua perkara ini, baptislah kamu ke dalam nama Bapa, dan Putra, dan Roh Kudus, di dalam air mengalir. Apabila tidak ada pada kamu air yang mengalir, baptislah ke dalam air lain. Jika tidak dapat kamu lakukan di dalam air dingin, lakukanlah di dalam air hangat. Namun apabila kedua-duanya tidak ada pada kamu, tuanglah [air] tiga kali ke atas kepala dalam nama Bapa, dan Putra, dan Roh Kudus.
Bagian ini (vii-x) dibuka dengan taklimat seputar baptisan, yang harus dilaksanakan "dalam Nama Bapa, dan Putra, dan Roh Kudus" di dalam air mengalir apabila keadaan memungkinkan, tetapi apabila keadaan tidak memungkinkan, di dalam genangan air dingin atau hangat.
...Kodrat-kodrat Yesus tidak pernah berkarya sendiri-sendiri secara terpisah satu dari yang lain. Kedua kodratnya wujud "tanpa pembauran, tanpa perubahan, tanpa pembelahan, tanpa pemisahan; perbedaan kedua kodrat itu sama sekali tidak ditiadakan oleh kemanunggalannya, malah unsur-unsur dari tiap kodrat dilanggengkan...."
Yesuslah yang secara langsung mengamanatkan kepada para murid untuk pergi dan membaptis orang, dan mereka pun pergi "mewakili-Nya," atau "dalam nama-Nya." Yesus juga mengutus mereka untuk menyembuhkan orang dan mengerjakan mukjizat-mukjizat. Ketika Petrus menyembuhkan orang di Gerbang Indah dalam nama Yesus, Kitab Suci memberitahukan kepada kita bahwa ia memang benar-benar melisankan kalimat "dalam nama Yesus Kristus" selagi melakukannya (Kisah Para Rasul 3:6). Bahkan umat Kristen berakidah Tritunggal pada saat mendoakan orang sakit pun mengucapkan kalimat "dalam nama Yesus." Mereka sadar sedang melakukannya "mewakili" atau "dalam nama" Kristus. Mengapa pula baptisan harus beda? Yesus mengatakan bahwa bilamana berdoa, haruslah kita memohon kepada Bapa di dalam nama-Nya (Yohanes 14:13; Yohanes 15:16 15:16; Yohanes 16:23 16:23, Yohanes 16:26 26). Itulah sebabnya bilamana berdoa, banyak orang Kristen mengakhirinya dengan berucap "dalam nama Yesus."
Di dalam nas ini, Yesus mengamanatkan kepada murid-muridnya supaya membaptis “dalam nama Bapa, dan Putra, dan Roh Kudus.” Meskipun demikian, nas Kitab Suci ini tidak mengajarkan bahwa Bapa, Putra, dan Roh Kudus adalah tiga oknum terpisah. Nas ini justru mengajarkan bahwa gelar Bapa, gelar Putra, dan gelar Roh Kudus memiliki satu nama dan oleh karena itu adalah satu wujud. Nas tersebut jelas-jelas mengatakan “dalam nama,” bukan “dalam nama-nama.” ... Yehuwah atau Yahweh adalah nama Allah yang diwahyukan di dalam Perjanjian Lama, tetapi Yesus adalah nama Allah yang diwahyukan di dalam Perjanjian Baru ... Baik Bapa, Putra, maupun Roh Kudus menyifatkan Allah yang satu, jadi frasa di dalam Matius 28:19 semata-mata menyifatkan satu nama dari satu Allah. Perjanjian Lama berjanji bahwa suatu masa kelak Yehuwah akan memiliki satu nama dan bahwa manusia akan mengenal Allah dengan nama yang satu ini (Zakharia 14ː9, Yesaya 52:6). Kita ketahui bahwa nama yang satu itu di dalam Matius 28:19 adalah Yesus, karena Yesus adalah nama Bapa (Yohanes 5:43, Ibrani 1:4), Putra (Matius 1ː21), maupun Roh Kudus (Yohanes 14:26).
Kisah Para Rasul 22:16 berbunyi “bangunlah, berilah dirimu dibaptis dan dosa-dosamu disucikan sambil berseru kepada nama Tuhan!” Di dalam Alkitab Amplifikasi, kalimat tersebut berbunyi “bangunlah, berilah dirimu dibaptis, dan dengan berseru kepada nama-Nya dosa-dosamu disucikan.” Alkitab Perjanjian Baru Interlinear Yunani-Inggris menggunakan frasa “invoking the name” (menyeru nama itu). Oleh karena itu, ayat Kitab Suci ini menunjukkan bahwa nama Yesus diseru secara lisan pada saat pembaptisan. Yakobus 2:7 berbunyi “bukankah mereka yang menghujat Nama yang mulia, yang oleh-Nya kamu menjadi milik Allah?” Tatanan kalimatnya dalam bahasa Yunani menunjukkan bahwa nama tersebut diseru atas umat Kristen pada suatu waktu tertentu. Di dalam Alkitab Amplifikasi, kalimat tersebut berbunyi “bukankah mereka yang menghujat Nama yang mulia, yang oleh-Nya kamu dikhususkan dan dipanggil [nama Kristus diseru pada waktu pembaptisan]?” (tanda kurung sesuai aslinya). Sebagai contoh dari apa yang dimaksud dengan “dalam nama Yesus”, kita hanya perlu membaca riwayat penyembuhan orang lumpuh pada bab 3 Kisah Para Rasul. Yesus mengajarkan amalan menyeru nama-Nya pada saat mendoakan orang sakit (Markus 16:17–18), dan Petrus mengatakan bahwa orang lumpuh itu disembuhkan dalam nama Yesus (Kisah Para Rasul 4:10). Seperti apa kejadiannya? Petrus memang melisankan kalimat “dalam nama Yesus Kristus” (Kisah Para Rasul 3:6). Nama Yesus yang diseru dengan penuh keimanan itulah yang mendatangkan kesembuhan. Nama Yesus menandakan kuasa atau kewenangan-Nya, tetapi pemakaian nama Yesus sebagai tanda kuasa atau kewenangan-Nya tersebut tidak terlepas dari kenyataan bahwa Petrus secara lisan menyeru nama Yesus demi mendatangkan kesembuhan.
Yesuslah yang secara langsung mengamanatkan kepada para murid untuk pergi dan membaptis orang, dan mereka pun pergi "mewakili-Nya," atau "dalam nama-Nya." Yesus juga mengutus mereka untuk menyembuhkan orang dan mengerjakan mukjizat-mukjizat. Ketika Petrus menyembuhkan orang di Gerbang Indah dalam nama Yesus, Kitab Suci memberitahukan kepada kita bahwa ia memang benar-benar melisankan kalimat "dalam nama Yesus Kristus" selagi melakukannya (Kisah Para Rasul 3:6). Bahkan umat Kristen berakidah Tritunggal pada saat mendoakan orang sakit pun mengucapkan kalimat "dalam nama Yesus." Mereka sadar sedang melakukannya "mewakili" atau "dalam nama" Kristus. Mengapa pula baptisan harus beda? Yesus mengatakan bahwa bilamana berdoa, haruslah kita memohon kepada Bapa di dalam nama-Nya (Yohanes 14:13; Yohanes 15:16 15:16; Yohanes 16:23 16:23, Yohanes 16:26 26). Itulah sebabnya bilamana berdoa, banyak orang Kristen mengakhirinya dengan berucap "dalam nama Yesus."
Membicarakan Allah sebagai suatu kemajemukan oknum kian merusak konsep Allah yang Alkitabiah. Apa pun makna kata oknum dalam sejarah Gereja purba, dewasa ini kata tersebut secara definitif berkonotasi kemajemukan individu, kepribadian, pikiran, kehendak, dan tubuh. Malah dalam sejarah Gereja purba pun telah kami tunjukkan bahwa mayoritas umat beriman menganggapnya sebagai suatu penyimpangan dari monoteisme Alkitabiah.
Tidak dapat dipungkiri bahwa tritungalisme Kristen berkembang selama beberapa abad sesudah Perjanjian Baru ditulis.
Di dalam nas ini, Yesus mengamanatkan kepada murid-muridnya supaya membaptis “dalam nama Bapa, dan Putra, dan Roh Kudus.” Meskipun demikian, nas Kitab Suci ini tidak mengajarkan bahwa Bapa, Putra, dan Roh Kudus adalah tiga oknum terpisah. Nas ini justru mengajarkan bahwa gelar Bapa, gelar Putra, dan gelar Roh Kudus memiliki satu nama dan oleh karena itu adalah satu wujud. Nas tersebut jelas-jelas mengatakan “dalam nama,” bukan “dalam nama-nama.” ... Yehuwah atau Yahweh adalah nama Allah yang diwahyukan di dalam Perjanjian Lama, tetapi Yesus adalah nama Allah yang diwahyukan di dalam Perjanjian Baru ... Baik Bapa, Putra, maupun Roh Kudus menyifatkan Allah yang satu, jadi frasa di dalam Matius 28:19 semata-mata menyifatkan satu nama dari satu Allah. Perjanjian Lama berjanji bahwa suatu masa kelak Yehuwah akan memiliki satu nama dan bahwa manusia akan mengenal Allah dengan nama yang satu ini (Zakharia 14ː9, Yesaya 52:6). Kita ketahui bahwa nama yang satu itu di dalam Matius 28:19 adalah Yesus, karena Yesus adalah nama Bapa (Yohanes 5:43, Ibrani 1:4), Putra (Matius 1ː21), maupun Roh Kudus (Yohanes 14:26).
Hatta berkenaan dengan pembaptisan, baptislah sebagai berikut: Sesudah pertama-tama mengajarkan semua perkara ini, baptislah kamu ke dalam nama Bapa, dan Putra, dan Roh Kudus, di dalam air mengalir. Apabila tidak ada pada kamu air yang mengalir, baptislah ke dalam air lain. Jika tidak dapat kamu lakukan di dalam air dingin, lakukanlah di dalam air hangat. Namun apabila kedua-duanya tidak ada pada kamu, tuanglah [air] tiga kali ke atas kepala dalam nama Bapa, dan Putra, dan Roh Kudus.
Yang Secara Keliru Disebut “Ajaran Kedua Belas Rasul.” Satu-satunya naskah Didakhe (yang berarti “Ajaran”) yang ada pada kita ditemukan pada tahun 1873 di Konstantnopel (sekarang di Turki). Naskah itu ditandatangani dengan kalimat, “Leon, notaris dan pendosa,” dan memuat tarikh 1056 M.
Kisah Para Rasul 22:16 berbunyi “bangunlah, berilah dirimu dibaptis dan dosa-dosamu disucikan sambil berseru kepada nama Tuhan!” Di dalam Alkitab Amplifikasi, kalimat tersebut berbunyi “bangunlah, berilah dirimu dibaptis, dan dengan berseru kepada nama-Nya dosa-dosamu disucikan.” Alkitab Perjanjian Baru Interlinear Yunani-Inggris menggunakan frasa “invoking the name” (menyeru nama itu). Oleh karena itu, ayat Kitab Suci ini menunjukkan bahwa nama Yesus diseru secara lisan pada saat pembaptisan. Yakobus 2:7 berbunyi “bukankah mereka yang menghujat Nama yang mulia, yang oleh-Nya kamu menjadi milik Allah?” Tatanan kalimatnya dalam bahasa Yunani menunjukkan bahwa nama tersebut diseru atas umat Kristen pada suatu waktu tertentu. Di dalam Alkitab Amplifikasi, kalimat tersebut berbunyi “bukankah mereka yang menghujat Nama yang mulia, yang oleh-Nya kamu dikhususkan dan dipanggil [nama Kristus diseru pada waktu pembaptisan]?” (tanda kurung sesuai aslinya). Sebagai contoh dari apa yang dimaksud dengan “dalam nama Yesus”, kita hanya perlu membaca riwayat penyembuhan orang lumpuh pada bab 3 Kisah Para Rasul. Yesus mengajarkan amalan menyeru nama-Nya pada saat mendoakan orang sakit (Markus 16:17–18), dan Petrus mengatakan bahwa orang lumpuh itu disembuhkan dalam nama Yesus (Kisah Para Rasul 4:10). Seperti apa kejadiannya? Petrus memang melisankan kalimat “dalam nama Yesus Kristus” (Kisah Para Rasul 3:6). Nama Yesus yang diseru dengan penuh keimanan itulah yang mendatangkan kesembuhan. Nama Yesus menandakan kuasa atau kewenangan-Nya, tetapi pemakaian nama Yesus sebagai tanda kuasa atau kewenangan-Nya tersebut tidak terlepas dari kenyataan bahwa Petrus secara lisan menyeru nama Yesus demi mendatangkan kesembuhan.
Naskah itu ditemukan kembali pada tahun 1883 oleh Brienios, Metropolit Ortodoks Yunani Nikomedia, di dalam sebuah kodeks yang darinya, pada tahun 1875, telah ia terbitkan isi lengkap Surat-Surat Santo Klemens. Judul yang tercantum di dalam naskah tersebut adalah Didakhe kiriou dia ton dodeka apostolon etesin, tetapi sebelum judul tersebut tertera tajuk Didakhe ton dodeka apostolon. Di dalam terjemahannya ke dalam bahasa Latin Lama, yakni naskah cc. i-v, yang ditemukan oleh Dr. J. Schlecht pada tahun 1900, tercantum judul yang lebih panjang, tetapi meniadakan frasa "kedua belas" dan memuat rubrik De doctrin' Apostolorum.