Hujairin, dkk (2017), hlm. 58: "Masyarakat Arfak terdiri atas empat suku besar, yaitu Suku Hattam yang mendiami Distrik Oransbari dan Distrik Ransiki, Suku Meyakh yang menghuni Distrik Warmare dan Distrik Prafi, Suku Sough yang mendiami Distrik Anggi, dan Suku Moile yang mendiami Distrik Minyambouw (...)" Muhammad Hujairin, dkk (April 2017). "Revitalisasi Kearifan Lokal Suku Arfak di Papua Barat dalam Rangka Mendukung Ketahanan Pangan Wilayah". Manajemen Pertahanan (Jurnal Pemikiran dan Penelitian Manajemen Pertahanan). 3 (1). ISSN2654-9700.
Kata "arfak" berasal dari kata arfk yang berarti "orang tidur di atas bara api". Nama tersebut diberikan oleh orang-orang Belanda pada zaman dahulu karena melihat masyarakat setempat tidur di atas sebuah rumah panggung yang di bawahnya diberi bara api dengan tujuan untuk menghangatkan. Hal tersebut dilakukan karena hawa di pegunungan sangat dingin, bahkan bisa mencapai 6 derajat Celcius. Akhirnya, daerah pegunungan yang menjadi tempat tinggal suku itu dinamakan Pegunungan Arfk, yang dalam penyebutannya menjadi "arfak" (Hapsari 2016, hlm. 153–154). Hapsari, Windy (Maret 2016). "Iwim (Tato) Orang Hatam di Kabupaten Manokwari". Jurnal Penelitian Sejarah dan Nilai Tradisional. 23 (1). ISSN2615-3483.[pranala nonaktif permanen]
Hapsari (2016), hlm. 153: "Manokwari dikenal sebagai kota bersejarah dalam penyebaran agama Kristen di Tanah Papua, karena tanggal 5 Februari 1855 dua orang misionaris berkebangsaan Jerman, yaitu Carl Wilhelm Ottow dan Johann Gottlob Geissler mendarat di Pulau Masinam dan memulai penyebaran Injil (...)" Hapsari, Windy (Maret 2016). "Iwim (Tato) Orang Hatam di Kabupaten Manokwari". Jurnal Penelitian Sejarah dan Nilai Tradisional. 23 (1). ISSN2615-3483.[pranala nonaktif permanen]
Kata "arfak" berasal dari kata arfk yang berarti "orang tidur di atas bara api". Nama tersebut diberikan oleh orang-orang Belanda pada zaman dahulu karena melihat masyarakat setempat tidur di atas sebuah rumah panggung yang di bawahnya diberi bara api dengan tujuan untuk menghangatkan. Hal tersebut dilakukan karena hawa di pegunungan sangat dingin, bahkan bisa mencapai 6 derajat Celcius. Akhirnya, daerah pegunungan yang menjadi tempat tinggal suku itu dinamakan Pegunungan Arfk, yang dalam penyebutannya menjadi "arfak" (Hapsari 2016, hlm. 153–154). Hapsari, Windy (Maret 2016). "Iwim (Tato) Orang Hatam di Kabupaten Manokwari". Jurnal Penelitian Sejarah dan Nilai Tradisional. 23 (1). ISSN2615-3483.[pranala nonaktif permanen]
Hujairin, dkk (2017), hlm. 58: "Masyarakat Arfak terdiri atas empat suku besar, yaitu Suku Hattam yang mendiami Distrik Oransbari dan Distrik Ransiki, Suku Meyakh yang menghuni Distrik Warmare dan Distrik Prafi, Suku Sough yang mendiami Distrik Anggi, dan Suku Moile yang mendiami Distrik Minyambouw (...)" Muhammad Hujairin, dkk (April 2017). "Revitalisasi Kearifan Lokal Suku Arfak di Papua Barat dalam Rangka Mendukung Ketahanan Pangan Wilayah". Manajemen Pertahanan (Jurnal Pemikiran dan Penelitian Manajemen Pertahanan). 3 (1). ISSN2654-9700.
Hapsari (2016), hlm. 153: "Manokwari dikenal sebagai kota bersejarah dalam penyebaran agama Kristen di Tanah Papua, karena tanggal 5 Februari 1855 dua orang misionaris berkebangsaan Jerman, yaitu Carl Wilhelm Ottow dan Johann Gottlob Geissler mendarat di Pulau Masinam dan memulai penyebaran Injil (...)" Hapsari, Windy (Maret 2016). "Iwim (Tato) Orang Hatam di Kabupaten Manokwari". Jurnal Penelitian Sejarah dan Nilai Tradisional. 23 (1). ISSN2615-3483.[pranala nonaktif permanen]